Memilih berkarier di dunia seni, Arif Fiyanto mengaku tidak melewati jalan yang serba mudah. Ia harus menghadapi sejumlah tantangan sejak awal perjalanannya pada tahun 2009. Pada kesempatan ini, Arif berbagi tentang hal telah dilaluinya yang dapat menjadi bekal bagi seniman-seniman muda.
Awal Mula Karier Arif Fiyanto dan Tantangan yang Dihadapinya
Arif mulai tekun menggeluti dunia seni sejak ia berkuliah di ISI Surakarta. Memiliki alat dan bahan yang sesuai dengan karya lukis yang akan dibuat memerlukan modal yang cukup. Dengan begitu, perupa bisa memberikan hasil yang terbaik dan mendapatkan apresiasi. Hal ini menjadi kendala pertama dan utama yang diungkapkan Arif ketika mengawali kariernya sebagai perupa.
“Kompetisi di dunia seni itu kan terbuka luas, selalu ada kompetisi yang diselenggarakan yang sebenarnya merupakan pintu gerbang kita untuk bisa dikenal oleh masyarakat luas.” kata Arif. Menurutnya, mengikuti kompetisi seni termasuk ke dalam tantangan yang positif bagi perkembangan seorang seniman. Terlebih dengan adanya teknologi AI (Artificial Intelligence) yang menambah tantangan dalam mengupayakan orisinalitas.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tantangan seringkali datang dari dalam diri. Arif mengaku bahwa salah satu kendala yang dihadapinya adalah manajemen waktu dan energi. “Kita kan harus ngatur kapan waktu-waktu penting untuk kita bisa bekerja lebih optimal. Saya sih biasanya di waktu-waktu malam karena lebih tenang, lebih enjoy,” ujar Arif.
Tantangan selanjutnya adalah pasar dalam dunia seni. Arif merasa bahwa sekarang zaman sudah berkembang, baik secara teknologi maupun kuantitas seniman. Selain zaman yang semakin maju dengan teknologi, seniman-seniman muda kian bermunculan dengan karya-karya yang mengagumkan.
Sumber: Karya Pertama "Arif Fiyanto" Pada Pameran Impression By 2Madison Gallery
Hidup Berdampingan dengan AI
Di zaman yang semakin akrab dengan teknologi ini, Arif Fiyanto menyatakan ia tidak ingin menutup mata dengan kemudahan yang disuguhkan. Ia juga mengaku bahwa dirinya pernah mencoba untuk menggunakan AI sebagai alat bantu dalam proses kreatifnya. Namun, Arif tidak begitu puas dengan teknologi tersebut. “Saya mencoba untuk eksplorasi sketsa melalui AI. Tapi di situ saya menemukan banyak kelemahan,” katanya, “Itu (teknologi AI) tidak sepenuhnya menggantikan menurut saya.” Ia mengajak untuk tidak menolak kemajuan teknologi, melainkan hidup berdampingan. Arif juga berpesan agar seniman muda harus lebih terampil dalam memanfaatkan teknologi. Menurutnya, AI tidak akan pernah sempurna dalam menunjukkan identitas karya.
Tips dan Pesan Arif untuk Seniman Muda
Arif juga berpesan agar seorang seniman muda untuk bersungguh-sungguh dalam berkarya. “Setiap karya dijadikan representasi yang terbaik,” katanya, “pokoknya kalau berkarya itu harus betul-betul klimaks karena akan memberikan dampak yang sangat berbeda.” Terlepas dari itu semua, seorang seniman harus terbuka dan sensitif terhadap sekitar. Mau menerima masukan dan mau berinteraksi dengan dunia luar menjadi aspek penting menurut Arif. Dengan begitu, seorang seniman dapat terus berkembang dan tanpa takut mengeksplorasi hal baru.