Rapa Nui Wood Carving: Ukiran Halus dari Pulau Paskah

4 September 2025
Rapa Nui Wood Carving: Ukiran Halus dari Pulau Paskah
Diterbitkan pada  Diperbarui pada  

Seni ukiran kayu masyarakat Rapa Nui di Pulau Paskah menyimpan kekayaan budaya yang tidak kalah menarik dari patung batu moai yang dikenal luas. Salah satu bentuk ukiran yang paling khas adalah moai kavakava, yaitu figur laki-laki kurus dengan ekspresi wajah tajam dan tulang rusuk yang menonjol. Ukiran ini dibuat dari kayu lokal dan sering dihiasi dengan bahan tambahan seperti obsidian atau tulang di bagian mata, serta diberi pigmen merah sebagai simbol kehidupan. Fungsi awalnya diduga berkaitan dengan ritual atau pelindung spiritual, serta dipakai dalam tarian atau upacara keagamaan.

(1) Dokumentasi Foto Figur Moai Kavakava, (2) Dokumentasi Figur Moai Papa dan Kavakava oleh WereSpielChequers, CC BY-SA 3.0

Selain moai kavava, terdapat figur kayu lainnya seperti moai tangata dan moai papa yang menampilkan bentuk tubuh manusia dengan proporsi tubuh yang unik dan gaya rambut serta gestur tangan simbolik. Sosok-sosok ini mewakili leluhur atau kekuatan gaib dan sering digunakan dalam konteks upacara untuk menunjukkan status dan atau kekuasaan spiritual. Figur perempuan seperti moai vie dan ukiran hibrida seperti moai moko (perpaduan manusia dan hewan) memperlihatkan keberagaman simbolisme dalam budaya Rapa Nui, dari kesuburan hingga pelindung terhadap roh jahat.

(1) Foto Moai Papa via Metmuseum.org, (2) Foto Moai via Portmanteaunewyork.com, (3) Foto Moai Tangata via Metmuseum.org

Ukiran ini tidak hanya berfungsi sebagai hiasan atau benda seni, melainkan juga menjadi simbol status sosial dan identitas spiritual masyarakatnya. Salah satu contohnya adalah reimoro, liontin berbentuk bulan sabit dengan ukiran wajah manusia pada ujung-ujungnya yang dikenakan oleh kalangan bangsawan. Ornamen ini mencerminkan hierarki sosial dan dianggap sebagai bagian dari perlengkapan upacara yang penting, sekaligus menunjukkan hubungan erat antara seni dan struktur kekuasaan di masyarakat Pulau Paskah.

(1) Foto Moai Papa via Karlsson and Wickman, (2) Foto Moai Moko oleh Caroline Léna Becker, CC BY 3.0

Kayu yang digunakan dalam pembuatan ukiran ini berasal dari pohon endemik seperti Sophora toromiro dan Thespesia Populnea, yang tidak hanya memiliki nilai estetis tetapi juga simbolik. Pemilihan jenis kayu mencerminkan pemahaman masyarakat Rapa Nui terhadap lingkungan mereka serta makna spiritual yang melekat pada material alam. Oleh karena itu, seni ukiran kayu Rapa Nui bukan sekadar ekspresi estetika, tetapi juga media penting dalam menyampaikan identitas budaya, kepercayaan, dan struktur sosial mereka.

 

Ditulis oleh Noverdy R

Referensi:

  1. Kaeppler, Adrienne L. “Sculptures of barkcloth and wood from Rapa Nui”, Anthropology and Aesthetics 44 (1981): 10–69.
  2. “Computer Modeling of the Moai Kavakava”, Project MUSE.
  3. “The Wood that Moai are Made of: Two Figures from Rapa Nui”, Fundación Grupo Arca (FG-ART.org).
Diterbitkan pada  Diperbarui pada