Batavia Akhir Abad 19: Ketika Sungai Menjadi Pusat Kehidupan Kota

3 Desember 2025
Batavia Akhir Abad 19: Ketika Sungai Menjadi Pusat Kehidupan Kota
Diterbitkan pada  Diperbarui pada  

Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda hingga awal abad ke-20, Batavia berstatus sebagai sebuah keresidenan yang dipimpin oleh seorang residen. Sebagai daerah jajahan, wilayah ini dibagi ke dalam beberapa afdeling yang masing-masing dipimpin oleh asisten residen. Afdeling tersebut meliputi Afdeling Kota Batavia (Stad en Voorspeden van Batavia) yang terbagi menjadi empat distrik yaitu Panjaringan, Pasar Senen, Mangga Besar, dan Tanah Abang serta Afdeling Meester Cornelis (kini Jatinegara), Afdeling Tangerang, Afdeling Buitenzorg (Bogor), dan Afdeling Krawang.

(1) Dokumentasi Peta Kota Batavia 1914 oleh Kartografi (Heinrich) Wagner & (Ernest) Debes, Leipzig, (2) Dokumentasi Foto Suasana Pinggiran Batavia 1911 oleh Demmeni, J.

Pada masa itu, transportasi air menjadi sarana angkut paling penting dalam kehidupan masyarakat Batavia. Sungai berperan sebagai jalur yang menghubungkan berbagai kawasan kota, sekaligus menjadi pendukung utama transportasi darat. Air yang mengalir bebas tidak hanya memberikan kesejukan dan kesuburan bagi wilayah di sekitarnya, tetapi juga mempermudah mobilitas penduduk yang memanfaatkan sungai sebagai jalur harian mereka.

(1) Dokumentasi Suasana Batavia 1875 oleh Woodbury & Page, (2) Dokumentasi Suasana Kali Besar, Batavia oleh Woodbury & Page

Keadaan sungai yang masih bersih dan tidak tercemar memungkinkan masyarakat menjadikannya sebagai sarana perjalanan dari hulu ke hilir menggunakan rakit atau perahu. Kanal-kanal yang membelah kota mengingatkan pada suasana Venesia di Italia, dengan jalur air yang tenang diapit bangunan, jalan, serta ruang terbuka. Gambaran ini kontras dengan kondisi Jakarta masa kini, di mana sungai-sungai cenderung tercemar dan tidak lagi berfungsi sebagai jalur transportasi yang layak.

(1) Dokumentasi Suasana Batavia 1907 via Wikimedia, (2) Dokumentasi Ilustrasi Jalanan Batavia 1850 via Commons Wikimedia

Lebih dari sekadar infrastruktur, sungai pada era Batavia juga memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran lingkungan masyarakat. Kearifan lokal ditanamkan agar setiap orang menghargai kebersihan dan keseimbangan alam. Karena itu, pencemaran hampir tidak terjadi, dan kehidupan sosial berjalan tertata. Sebuah harmoni pernah tercipta di Ja(ya)karta, saat sungai menjadi pusat peradaban yang dijaga bersama.

 

Ditulis oleh Noverdy R

Referensi:
Setianti, Eni, dkk. Ensiklopedia Jakarta: Jakarta Tempo Doeloe, Kini, & Esok. Jakarta: PT Lentera Abadi, 2009.

Diterbitkan pada  Diperbarui pada  

Tulis komentar