Etnis Betawi dikenal luas sebagai penduduk asli kota Jakarta. Meskipun secara geografis mereka tinggal di Pulau Jawa, secara sosiokultural Betawi justru lebih dekat dengan budaya Melayu Islam. Menariknya, asal usul etnis Betawi cukup sulit dilacak. Para ahli sejarah tidak menemukan jejak etnis ini dalam sensus-sensus awal yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda.
Sumber: Buku Ensiklopedia Jakarta: Tempo Doeloe, Kini, dan Esok
Menurut sejarawan Australia, Lance Castles, etnis Betawi diperkirakan baru terbentuk sekitar tahun 1815 hingga 1893. Ia menemukan bahwa dalam sensus penduduk tahun 1615 dan 1815 terdapat berbagai kelompok etnis, tetapi belum ada yang tercatat sebagai orang Betawi. Pengakuan terhadap eksistensi etnis Betawi sebagai kelompok yang lebih luas baru muncul pada tahun 1923, ketika tokoh pergerakan Muhammad Husni Thamrin mendirikan organisasi "Perkoempoelan Kaoem Betawi". Keberadaan etnis ini kemudian tercatat resmi dalam sensus penduduk tahun 1930 sebagai etnis baru.
Sumber: Buku Ensiklopedia Jakarta: Tempo Doeloe, Kini, dan Esok
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, etnis Betawi memasuki fase perkembangan baru. Jakarta yang menjadi ibu kota negara terus dibanjiri imigran dari berbagai daerah, memaksa orang Betawi untuk berasimilasi. Proses ini secara perlahan memudarkan entitas keaslian etnis Betawi, khususnya dalam hal identitas masyarakatnya. Namun demikian, budaya dan kesenian Betawi tetap hidup dan menjadi bagian penting dari warisan budaya Jakarta hingga hari ini.
Sumber: Buku Ensiklopedia Jakarta: Tempo Doeloe, Kini, dan Esok
Ditulis oleh Noverdy R
Referensi:
Setianti, Eni, dkk. Ensiklopedia Jakarta: Jakarta Tempo Doeloe, Kini, & Esok. Jakarta: PT Lentera Abadi, 2009.
