Kasteel Batavia merupakan salah satu peninggalan penting dalam sejarah Jakarta, terutama karena menjadi jejak awal kehadiran VOC di Pulau Jawa. Keberadaannya tidak hanya mencerminkan kekuatan militer dan pertahanan Belanda di masa lalu, tetapi juga menunjukkan bagaimana kota Jakarta, yang dulu dikenal sebagai Batavia, berkembang dari pusat perdagangan kolonial menjadi kota besar seperti sekarang. Kasteel ini dulunya berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pertahanan, dan perdagangan VOC di kawasan pesisir utara Jawa.
1.) Pemandangan Kasteel sekitar 1627, impresi seniman berdasarkan catatan dan peta 1627. 2.) Kastel Batavia 1767 karya Johannes Rach, seniman asal Denmark yang bertugas di kantor VOC Batavia.
Namun, usia Kasteel Batavia tidak panjang. Pada tahun 1809, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels memutuskan untuk menghancurkan sebagian besar bangunan kasteel dan tembok kotanya. Alasan utama di balik keputusan ini adalah kekhawatiran Daendels bahwa kasteel tersebut dapat jatuh ke tangan Inggris dan digunakan sebagai benteng pertahanan jika terjadi serangan. Selain itu, ada perubahan arah pembangunan kota, di mana pusat pemerintahan dipindahkan dari kawasan Old Batavia (Kota Tua) ke wilayah selatan yang lebih strategis dan sehat secara lingkungan. Batu-batu dari reruntuhan kasteel tersebut kemudian dimanfaatkan kembali untuk membangun Istana Daendels yang kini dikenal sebagai Gedung AA Maramis, bagian dari Kementerian Keuangan.
Dokumentasi Tim SpaceJakarta di sisa-sisa peninggalan Kasteel Batavia saat ini
Menurut Kartum Setiawan, Ketua Komunitas Jelajah Budaya, Kasteel Batavia memiliki nilai historis yang tinggi karena menjadi titik awal dari pengaruh kolonial di Jakarta. Meski sebagian besar bangunannya telah tiada, jejaknya masih penting untuk dipelajari agar generasi sekarang memahami asal-usul kota Jakarta dan dinamika sejarah yang membentuknya.
Narasumber: Kartum Setiawan
Penulis: Noverdy R