Sekitar 700 tahun yang lalu, wilayah yang kini dikenal sebagai Jakarta merupakan sebuah kota pelabuhan kecil yang terletak di muara Sungai Ciliwung. Pada abad ke-11, telah berdiri sebuah kota bernama Kalapa yang berfungsi sebagai pelabuhan utama bagi Kerajaan Sunda, sebuah kerajaan bercorak Hindu. Pusat pemerintahan kerajaan ini berada di daerah pedalaman, yakni di Pakuan Pajajaran, yang sekarang menjadi bagian dari Kota Bogor, tepatnya di kawasan Batutulis. Bukti sejarah mengenai keberadaan kota ini ditemukan dalam prasasti abad ke-16 yang dikenal dengan nama Prasasti “Sato Tulis/Batu Tulis”.
1) Gambar situs Batu Tulis, melukiskan dua orang raja Pajajaran di era kerajaan Hindu Majapahit
2) Situs Batu Tulis di Kota Bogor
Pada mulanya, pelabuhan Kalapa bukanlah pelabuhan yang sibuk atau ramai. Kalapa hanya salah satu dari beberapa pelabuhan milik Kerajaan Sunda. Aktivitas pelayaran dengan perahu merupakan hal yang lazim saat itu, sesuatu yang kini sulit dibayangkan dalam konteks modern.
Selain Kalapa, terdapat pelabuhan lain yang juga dimiliki Kerajaan Sunda, seperti Banten, Pontang, Tangaram (sekarang Tangerang), Cimanuk, dan Cigede (Cirebon). Namun, dari semua pelabuhan tersebut, hanya Kalapa yang berkembang pesat. Lokasinya yang strategis di ujung Selat Malaka menjadikannya tempat persinggahan yang ideal bagi para pedagang dari berbagai wilayah seperti Palembang, Tanjungpura, Malaka, Makassar, Madura, hingga pedagang dari luar nusantara. Kehadiran mereka membuat pelabuhan Kalapa semakin terbuka dan mengalami pertumbuhan pesat.
1) Pasar di kawasan Kali Besar Barat, lukisan tahun 1775 oleh Johannes Rich
2) Suasana Ciliwung ketika masih bernama Cikandi - cikal bakal transportasi kota tua Jakarta
Seiring waktu, Kalapa dikenal luas sebagai pelabuhan utama dalam jaringan perdagangan internasional. Pertukaran barang dagangan, dan juga penyebaran agama-agama baru, berlangsung dengan cepat dan menjangkau wilayah yang luas. Situasi ini berperan besar dalam menjadikan Kalapa sebagai pelabuhan penting yang terhubung dalam jalur pelayaran antarbangsa. Sejak abad ke-12, pelabuhan ini mulai diperhitungkan sebagai salah satu pusat perdagangan utama di Asia, dengan aktivitas yang semakin ramai dan tertata.
Ditulis oleh Noverdy R
Referensi:
Setianti, Eni, dkk. Ensiklopedia Jakarta: Jakarta Tempo Doeloe, Kini, & Esok. Jakarta: PT Lentera Abadi, 2009.