Gudeg Yogyakarta: Manisnya Tradisi dalam Sepiring Nasi

10 November 2025
Gudeg Yogyakarta: Manisnya Tradisi dalam Sepiring Nasi
Diterbitkan pada  Diperbarui pada  

Di antara ragam kuliner Nusantara, gudeg menjadi salah satu hidangan khas Yogyakarta yang lekat dengan nilai tradisi dan sejarah. Terbuat dari nangka muda yang dimasak perlahan bersama santan, gula merah, dan rempah pilihan, gudeg dikenal dengan rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut. Sajian ini bukan hanya makanan sehari-hari, melainkan juga bagian penting dari identitas budaya masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta.

(1) Dokumentasi Hidangan Nasi Gudeg oleh Febriana Salvy Kusumawati, CC BY-SA 4.0, (2) Dokumentasi Hidangan Gudeg oleh Indonesiagood, CC BY 4.0

Jejak Sejarah Gudeg

Asal-usul gudeg dapat ditelusuri ke masa Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-16. Kala itu, para pekerja kerajaan yang membuka hutan di sekitar Kotagede menemukan banyak pohon nangka dan kelapa. Dengan bahan-bahan tersebut, mereka menciptakan masakan untuk memenuhi kebutuhan makan para prajurit. Nama "gudeg" diyakini berasal dari kata "hangudeg", yang dalam bahasa Jawa berarti mengaduk. Hidangan ini juga tercatat dalam Serat Centhini, naskah klasik Jawa, yang menunjukkan bahwa gudeg telah lama menjadi bagian dari tradisi kuliner lokal.

Dua Jenis Gudeg: Basah dan Kering

(1) Dokumentasi Hidangan Gudeg oleh Pinerineks, CC BY-SA 4.0, (2) Dokumentasi Hidangan Gudeg oleh Christian Razukas, CC BY-SA 2.0

Gudeg tersedia dalam dua bentuk utama, yaitu basah dan kering. Gudeg basah memiliki kuah santan yang lebih cair dan rasa yang lebih ringan. Sebaliknya, gudeg kering dimasak lebih lama hingga kuahnya menyusut dan menjadi pekat, menjadikannya lebih tahan lama dan cocok sebagai oleh-oleh. Di sisi lain, terdapat pula varian unik bernama gudeg manggar, yang menggunakan bunga kelapa muda sebagai bahan utama, biasanya disajikan dalam acara adat tertentu.

Pelengkap Khas: Krecek, Telur, dan Ayam

(1) Dokumentasi Hidangan Gudeg oleh Midori, CC BY 3.0, (2) Dokumentasi Hidangan Gudeg oleh Riza Nugraha, CC BY 2.0

Seporsi gudeg biasanya disajikan dengan nasi putih dan aneka lauk. Salah satu pendamping yang paling khas adalah sambal goreng krecek, yakni kulit sapi yang dimasak pedas dan memberi sensasi tekstur kenyal serta rasa gurih-pedas sebagai penyeimbang rasa manis gudeg. Selain itu, terdapat telur pindang, ayam kampung bumbu opor, serta tahu dan tempe bacem yang memperkaya citarasa.

Dua Ikon Kuliner: Gudeg Yu Djum & Gudeg Pawon

Di Yogyakarta, terdapat dua nama besar dalam dunia per-gudeg-an, yaitu Gudeg Yu Djum dan Gudeg Pawon. Yu Djum telah hadir sejak tahun 1950 dan dikenal sebagai pelopor gudeg kering yang cocok dijadikan buah tangan. Ciri khasnya terletak pada penggunaan telur bebek dan nangka dari daerah Prembun. Sementara itu, Gudeg Pawon menawarkan pengalaman unik di mana pengunjung harus masuk langsung ke dapur (pawon) untuk dilayani. Warung ini baru buka pada malam hari, dan sering kali antrean sudah mengular sebelum warung resmi buka.

 

Ditulis oleh Noverdy R

Referensi:

  1. Yudhistira, B., Rohman, A., & Pramono, A. (2022). The development and quality of jackfruit-based ethnic food, gudeg, from Indonesia. Journal of Ethnic Foods, 9(1).
  2. Sunar. (2017). Komodifikasi Gudeg Yogyakarta dan Pengembangan dalam Industri Pariwisata. Jurnal Gastronomi Indonesia, 5(1).
Diterbitkan pada  Diperbarui pada