Ropih Amantubillah, atau yang lebih akrab dipanggil Abah Ropih, lahir di Bandung pada 12 Februari 1959. Sejak kecil, beliau sudah jatuh cinta dengan dunia seni. Lahir dalam keluarga seniman. Ayahnya, Mumu Mitra, adalah seorang pelukis. Sebelum menjadi pelukis profesional, Abah Ropih mengajar sastra. Namun, karena latar belakang keluarga seni, beliau melanjutkan pendidikan di bidang seni rupa untuk lebih mendalami dunia yang sudah ia cintai.
Inspirasi karya
Selain sebagai pelukis, Abah Ropih juga sangat mencintai budaya. Beliau sering menyempatkan diri untuk mengikuti acara-acara budaya, yang menjadi sumber inspirasi dalam karyanya. Tak hanya budaya Sunda yang menjadi inspirasi, tetapi juga budaya lain seperti Bali dan Jawa. Pada tahun 1999 hingga 2000, beliau menjual lukisan di pinggir jalan Braga, Bandung, dengan tujuan untuk menjaga suasana budaya di kawasan tersebut tetap hidup.
Sumber: Dokumentasi di Jalan Braga, Bandung
Aliran dan Pesan Lukisan Abah Ropih
Abah Ropih dikenal dengan aliran abstraksi dalam seni lukisnya. Meskipun ada beberapa lukisan figuratif, karyanya lebih ekspresif dan tidak mengikuti bentuk natural. Salah satu karya terkenalnya adalah “Pohon Emas”, yang menggambarkan simbol tanaman dengan emas, melambangkan filosofi tentang menggali potensi diri. Filosofi ini juga terlihat dalam lukisan “Pohon Pisang”, yang menggambarkan siklus hidup pohon pisang yang tidak akan mati sebelum berbuah, tetapi setelah berbuah, tidak akan tumbuh lagi.
Sumber: Dokumentasi di Jalan Braga, Bandung
Ini bukan hanya karya seni, tetapi doa dan harapan untuk anak cucunya, sekaligus mewariskan nilai-nilai budaya Nusantara melalui setiap goresan. Namun, Abah Ropih sudah dahulu meninggalkan kita tepatnya pada 22 April 2022. Karya-karyanya akan selalu dikenang oleh masyarakat.
Sumber: Dokumentasi di Jalan Braga, Bandung
Narasumber :Rizkan Gumilang Sutaryat
Ditulis oleh : Noverdy R