Papeda: Makanan Pokok Unik dari Papua dan Maluku

December 11, 2025
Papeda: Makanan Pokok Unik dari Papua dan Maluku
Published on  Updated on  

Papeda merupakan makanan pokok khas dari wilayah Papua dan Maluku yang memiliki ciri khas unik, yaitu tekstur kental dan lengket menyerupai lem bening. Makanan ini terbuat dari tepung sagu yang diseduh dengan air panas hingga berubah menjadi bubur bening tanpa rasa. Karena rasa dasarnya tawar, papeda biasanya disantap bersama lauk berkuah kuat, seperti ikan kuah kuning berbumbu kunyit. Kuah ini tidak hanya menambah cita rasa, tapi juga memperkaya pengalaman menyantap makanan khas timur Indonesia tersebut.

(1) Dokumentasi Pembuatan Papeda dari Sagu oleh Keenan63, CC BY-SA 4.0, (2) Dokumentasi Hidangan Papeda oleh Rik Schuiling / TropCrop, CC BY-SA 3.0

Tekstur papeda yang sangat lengket membuat cara penyajiannya berbeda dari nasi. Alat khusus seperti sendok kayu panjang atau dua batang sumpit digunakan untuk menggulung dan menyendok buburnya, karena sulit diambil dengan sendok biasa. Kebiasaan makan papeda biasanya dilakukan bersama-sama dalam satu wadah besar, mencerminkan nilai kebersamaan dalam budaya masyarakat Papua dan Maluku. Tradisi ini juga menunjukkan bahwa makanan bukan hanya sekadar pemenuhan gizi, tapi juga sarana menjalin hubungan sosial.

(1) Dokumentasi Hidangan Papeda dengan Kuah Kuning dan Ikan Bakar oleh Gunawan Kartapranata, CC BY-SA 3.0, (2) Dokumentasi Papeda dengan Campuran Daun Singkong, Bunga Pepaya, dan Ubi Jalar oleh Tumanisme, CC BY-SA 4.0

Papeda umumnya disajikan bersama ikan laut seperti tongkol atau mubara, dimasak dalam kuah berbumbu kuning yang terbuat dari kunyit, serai, dan rempah lainnya. Sayuran pendamping seperti daun melinjo muda atau bunga pepaya juga sering ditambahkan untuk memperkaya nutrisi. Selain menjadi makanan sehari-hari, papeda juga hadir dalam acara adat seperti upacara kematian atau syukuran, mempertegas nilai sakral dan budaya yang melekat pada makanan ini di masyarakat adat Papua dan Maluku.

Dokumentasi Hidangan Papeda dengan Ikan Kuah Kuning dan Ikan Bakar oleh M.akbar.raf, CC BY-SA 4.0

Namun, popularitas papeda kini mulai menurun seiring dengan pergeseran konsumsi masyarakat menuju beras yang dianggap lebih praktis dan modern. Meski begitu, papeda tetap memiliki nilai penting, baik dari sisi gizi karena rendah lemak dan kaya serat, maupun sebagai simbol ketahanan pangan lokal di wilayah tropis. Upaya pelestarian budaya dan pengembangan pangan lokal menjadi langkah penting untuk memastikan makanan tradisional seperti papeda tetap hidup dan dikenal generasi muda.

 

Ditulis oleh Noverdy R

Referensi:

  1. Rumansara, E. H. & Kondologit, E. Y. (2015). Papeda Kuliner Masyarakat Papua. Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua.
  2. Tohe, H. A., Sriyati, S., Liliawati, W., & Tohe, A. (2024). Ethnoscience Studies in Traditional Food of North Maluku "Papeda" and Its Implementation of Chemical Concepts in Science Learning. Journal of Tropical Chemistry Research and Education, 6(2), 85–94.
  3. Sidiq, F. F., Coles, D., Hubbard, C., Clark, B., & Frewer, L. J. (2021). Sago and the Indigenous Peoples of Papua, Indonesia: A Review. Journal of Agriculture and Applied Biology, 2(2), 138–149.
Published on  Updated on  

Leave a comment