Rendang, Cita Rasa Nusantara yang Mendunia dari Ranah Minang

October 23, 2025
Rendang, Cita Rasa Nusantara yang Mendunia dari Ranah Minang
Published on  Updated on  

Rendang merupakan masakan tradisional khas Minangkabau yang telah mendunia, bahkan dinobatkan sebagai salah satu makanan terenak oleh CNN Travel. Namun, keistimewaan rendang tidak hanya terletak pada cita rasa rempahnya yang kompleks, tetapi juga pada nilai-nilai budaya dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Dalam masyarakat Minang, rendang melambangkan kesabaran, ketekunan, serta ketahanan, baik dalam arti harfiah sebagai makanan tahan lama, maupun dalam makna simbolik sebagai bagian dari karakter budaya. Rendang sering disajikan dalam acara adat dan menjadi bekal penting bagi para perantau, menjadikannya kuliner yang erat dengan identitas dan tradisi masyarakatnya.

(1) Dokumentasi Hidangan Rendang oleh Miansari66, CC0, (2) Dokumentasi Masakan Rendang dan Ketupat oleh azuanrazali, CC BY-SA 4.0

Salah satu ciri khas utama rendang adalah proses memasaknya yang panjang dan bertahap. Dimasak secara perlahan selama beberapa jam, rendang melalui transformasi dari gulai hingga menjadi kering, dengan bumbu yang meresap dalam daging dan santan yang berubah menjadi minyak alami. Proses memasak ini bukan sekadar teknik kuliner, tetapi juga simbol filosofi hidup yang menuntut kesabaran, perhatian, dan ketelitian. Menariknya, teknik ini juga berfungsi sebagai metode pengawetan tradisional, membuat rendang kering mampu bertahan hingga berminggu-minggu tanpa bahan pengawet, bahkan di suhu ruang.

(1) Dokumentasi Hidangan Rendang oleh False Positives, CC BY 2.0, (2) Dokumentasi Memasak Rendang Bersama oleh Deni Dahniel, CC BY-SA 4.0

Dalam praktiknya, rendang dikenal dalam dua jenis utama, yaitu rendang basah (sering disebut kalio) dan rendang kering. Rendang basah dimasak dalam waktu lebih singkat, menghasilkan kuah kental dan tekstur yang lebih lembut. Jenis ini biasanya dikonsumsi langsung dalam waktu dekat. Sementara itu, rendang kering dimasak hingga bumbu menghitam dan melekat sempurna pada daging. Proses yang lebih lama ini membuatnya jauh lebih awet dan cocok untuk dijadikan oleh-oleh. Kedua jenis ini bukan hanya soal perbedaan tekstur atau lama masak, tetapi juga mencerminkan fungsi dan kebutuhan dalam konteks budaya masyarakat Minang.

(1) Dokumentasi Hidangan Rendang dengan Nasi oleh ZhengZhou, CC BY-SA 4.0, (2) Dokumentasi Hidangan Rendang oleh Alpha from Melbourne, Australia, CC BY-SA 2.0

Dengan cita rasa yang kuat, teknik masak yang kompleks, serta filosofi mendalam yang mencerminkan nilai-nilai hidup masyarakat Minangkabau, rendang menjadi lebih dari sekadar makanan. Ia adalah warisan budaya, simbol sosial, dan bukti kearifan lokal yang telah diakui dunia. Tak heran jika rendang terus dijaga, dilestarikan, dan dibanggakan sebagai ikon kuliner Indonesia di kancah global.

 

Ditulis oleh Noverdy R

Referensi:

  1. Rahman, F. (2020). Tracing the origins of rendang and its development. Journal of Ethnic Foods.
  2. Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat. Rendang. Kemdikbud.
  3. Fajri, P.Y., Astawan, M., Wresdiyati, T. (2013). Evaluasi Nilai Biologis Protein Rendang dan Kalio Khas Sumatera Barat.
Published on  Updated on